Selayang Pandang RR.LV


Sejarah singkat berdirinya

Laverna adalah salah satu puncak yang tinggi lagi curam dari pegunungan Alpen di Asisi italia. Di sebelah timur puncak Laverna mengalir sungai Tiber dan di sebelah barat sungai Arno. Kawasan hutan yang sepi dan berbatu tetapi indah tersebut milik seorang bangsawan bernama Orlando. Dalam perjalanan hidupnya Orlando mengenal Santo Fransiskus Assisi dan tertarik akan cara hidup dan sikapnya, lalu menjadi anggota ordo ketiga awam. Fransiskus mengenal daerah itu sejak tahun 1213, dalam perjalanannya menuju Spanyol. Orlando membiarkan tempat itu digunakan seluas-luasnya oleh Fransiskus. Fransiskus menggunakannya sebagai tempat untuk menyepi atau bertapa.

Suster-Suster Fransiskanes dari Pringsewu (Sekarang FSGM) sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi, mencontoh semangat doa Santo Fransiskus, dan mengabadikan nama gunung Laverna sebagai nama Rumah Retret di bukit kecil Padangbulan sebagai tempat doa dan gladi rohani. Para Suster berharap akan berkat Santo fransiskus Asisi, supaya semua orang yang masuk dan tinggal di dalamnya mengalami perjumpaan yang mendalam dengan Allah.

 

Keberadaan Rumah Retret ini cukup lama direncanakan, dijajaki dan dibicarakan untuk pemantapannya melalui berbagai pertemuan bersama para suster. Dalam Kapitel Provinsi, para suster merasa sudah saatnya memiliki Rumah Retret baru. Gedung St. Fransiskus di Pringsewu yang dibangun tahun 1964 dan selama ini dipergunakan untuk retret dan pertemuan-pertemuan tidak dapat lagi menampung jumlah suster yang semakin bertambah. Sejak dua tahun terakhir sebelum Laverna dibangun, retret dan pertemuan sampai batas jumlah di atas 30 suster sudah harus menggunakan jasa Wisma Albertus di Pahoman-Tanjungkarang. Maka Para suster menjadi lebih serius ikut memikirkannya. Untuk penetuan lokasi semula dipertimbangkan dua kemungkinan, yani Gisting atau Padangbulan sebagai monumen iman ketika para suster dan Gereja Pringsewu dalam pengungsian di masa perang.

 

Gagasan untuk mendirikan Rumah Retret disampaikan kepada Bapak Uskup sejak tahun 1986 dan permohonan izin tertulis dimintakan kemudian. Beliau amat setuju agar Rumah Retret didirikan di Padangbulan dan bukan di Gisting. Di Keuskupan Tanjungkarang saat itu belum ada Rumah Retret. Rencana ini diperkuat pula dengan adanya keputusan MATRIDA di Palembang Sumatera Selatan tahun 1987. Antara lain diputuskan memberikan prioritas pelayanan orang kecil bagi kaum muda. Untuk ini diperlukan wadah dan tempat. Konggregasi FSGM bersedia dan sanggup untuk Rumah Retret yang biayanya dapat dijangkau oleh kelompok orang muda.Peletakan batu pertama diadakan dengan doa ibadat sabda dan syukuran bersama para pekerja dan tetangga pada tanggl 20 Mei 1989, menandai dimulainya bangunan gedung. Semen pertama dari sendok pertama ditumpahkan oleh pemimpin Provinsi Md. M. Theresia Mujirah di atas batu dan beberapa medali pelindung pertama yang telah diletakkan sebelumnya.

 

Para suster dari beberapa komunitas terdekat hadir. Lokasi tanah untuk Rumah Retret berdampingan dengan rumah Mbah Pawiro yang pada waktu perang meminjamkan rumahnya untuk Romo dan para Suster sebagai temapat persembunyian. Untuk melestarikan hutan sekitar dan menjaga suasan hening dan damai lingkungan Rumah Retret, dibeli juga tanah sekitar 3 Ha dari penduduk setempat. Mereka menukar tanah itu dengan sawah yang dapat memberikan hasil lebih. Di dalam lokasi tanah itu, seorang suster menginginkan, agar dimungkinkan suatu saat dapat dibangun pondok-pondok sederhana dan kecil yang dapat dipergunakan semadi bagi mereka yang terpanggil untuk bersemadi. Pada tahun awal, Rumah Retret ini hanya terdiri dari beberapa unit  dan berkapasitas 40 kamar tidur. Delapan ruang dapat dipakai 2 orang dan 32 ruang masing-masing untuk 2 atau 3 orang. Akhir tahun 1990 unit Susteran dan unit Antonius bagian barat, dan gedung utama telah selesai dikerjakan. Meskipun seluruh unit belum selesai dikerjakan, pada tanggal 28 Desember 1990, pemimpin Provinsi Mdr. M. Magdalena Priharyati mengutus 4 suster untuk memulai komunitas baru. Komunitas baru ini dipimpin oleh Md. M. Theresia Mujirah dan anggota komunitas yang pertama ialah, Sr. M. Antoni, Sr. M. Agustina, Sr. M. Ria. Pada tahun 2013 kembali dibangun unit yang baru berkapasitas 11 orang yang terdiri atas 11 kamar ac. Ruangan ini dikhususkan bagi para Imam, Suster lansia yang akan retret dan pertemuan. Saat ini Rumah Retret Laverna memiliki 2 Ruang pertemuan, 1 Gedung Serba Guna, 2 Ruang makan, 2 Ruang Doa, 150 bed, Perpustakaan Rohani, Koperasi Benda-Benda Rohani, 6 Gazebo kecil dan sedang, Museum Misi Laverna.