25 Tahun La Verna


Rumah Retret La Verna genap berusia 25 tahun. Perjalanan yang tidak singkat dan tidak mulus, tetapi dalam segala macam tantangan Tuhan selalu mendampingi.

             Keluarga besar Rumah Retret La Verna patut bersyukur dan berbagi kebahagiaan bersama. Hari itu, Selasa 22 Agustus 2017, Rumah Retret La Verna tampil beda. Hari itu tidak ada tamu yang datang untuk retret, rekoleksi, atau mengikuti seminar guna penyegaran dan menimba kekuatan dari Tuhan. Para suster, romo dan tamu undangan datang dari berbagai komunitas dan daerah untuk bersyukur bersama merayakan 25 Tahun RR La Verna.

Ada hiasan balon, bunga, pita yang dipasang di pintu masuk dan sekitar tenda. Ada juga papan bunga ucapan selamat atas 25 tahun RR La Verna. Puncak 25 tahun ini dirayakan dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Yohanes Harun Yuwono di Gedung Serba Guna.

Perayaan Ekaristi dimulai dengan perarakan oleh para suster, karyawan La Verna, dan romo, dimulai dari pintu utama menuju ruang GSG sambil menyanyikan lagu “Datanglah Roh Maha Kudus.”  Perayaan syukur ini diiringi kor dari anak-anak Panti Asuhan St. Vincentius, Pringsewu.

Uskup Harun Yuwono berharap agar ke depan, Rumah Retret La Verna tetap melayani tamu yang datang dengan kerendahan hati dan hidup sederhana dengan membawa setiap orang kepada Allah. Selain itu, Uskup meminta agar keluarga La Verna setia pada panggilan hidup dan pekerjaan masing-masing.

Ketua Panitia 25 tahun La Verna, Rm. Andreas Maria Siswinarko SCJ, mengucapkan terimakasih kepada panita yang telah bekerja keras sehingga rangkaian kegiatan 25 tahun La Verna dapat berjalan dengan baik dan lancar, meski banyak kekurangan di sana-sini. Kegiatan itu diantaranya, pengobatan gratis, seminar, bazar daur ulang, dan lomba video.

Propinsial FSGM, Sr. M. Aquina, memaparkan keberadaan Rumah Retret La Verna ini. Nama La Verna diambil dari sebuah gunung di Itali, gunung yang sering digunakan oleh Bapa Fransiskus untuk berdoa dan bertapa. Di gunung ini Fransiskus bertemu dengan Allah secara pribadi, kerinduannya untuk dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh Tuhan Yesus terpenuhi, lima luka-Nya dimaterikan dalam tubuh Fransiskus. “Kami berharap, orang  yang datang ke Rumah Retret ini akan mendapatkan ketenangan dan berjumpa dengan Allah.”

Sr. Aquina mengucapkan terimakasih kepada arsitek Ir.Basuki Husodo dan Ir. Ichwar Azali, alumni SD Xaverius Pahoman. Mereka dengan senang dan rela membantu, sehingga biaya pembangunan menjadi lebih ringan, jauh dari biaya yang diperkirakan oleh konsultan. “Bangunan ini masih kokoh, terawat, dan masih bagus. Memang kami membangun bukan untuk satu tahun, tetapi untuk 50 tahun ke depan,” kata Sr. M. Aquina.

Kesulitan untuk mendapatkan air menjadi kendala untuk merealisasikan pembangunan, sehingga sempat membuat para suster dan pelaksana putus asa dan ingin beralih ke Gisting. Setelah melalui proses yang panjang dan penuh tantangan, akhirnya pada 20 Mei 1989 diadakan peletakan batu pertama oleh Sr. M. Theresia, pemimpin propinsi. Tahun 1990 diutus 4 suster menempati komunitas biara St. Clara. Sejak saat itu Rumah Retret La Verna mulai didatangi para tamu untuk retret dan berbagai pertemuan. Tanggal 12 Agustus 1992, RR La Verna diberkati oleh Mgr. Andreas Henrisoesanta. Berbagai kegiatan rohani dari berbagai kelompok terus mengalir dan semakin hari semakin meningkat. Rumah Retret La Verna mendapat berkat dari Allah melalui Bunda Maria.

Perjalanan 25 tahun telah membentuk Rumah Retret La Verna menjadi semakin matang, dengan tim retret yang tangguh, karena senantiasa terus belajar dan bebenah diri. Mereka berproses dalam kerjasama, saling memahami, yang sungguh tidak mudah dan mereka membekali diri terus dengan mengolah materi agar tetap mampu melayani sesuai zaman yang terus berubah. Usai Misa Kudus, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan pelepasan burung, serta ramah tamah. ***(Frans)