Dia Yang Belum Selesai


Dengan judul seperti itu, saya hendak mengajak Saudara sekalian untuk melihat dari dekat lectiodivina, yang berangkat dari Matius 16:13-20. Untuk menangkap makna dan pesannya, terlebih dahulu kita akan merambah konteks Injil Markus sebagai latar belakang.

+++++++

Konversasi antara Guru Kehidupan Dari Nazareth, Yesus Kristus, dengan para murid-Nya (dan terutama Petrus) menyingkapkan aneka tafsir tentang Yesus, bahkan di antara komunitas Kristiani ada “segudang pandangan tentang Yesus Kristus.”

Perlu dipahami sungguh, bahwa Injil Matius ditulis menjelang akhir abad ke-1. Injil itu diperuntukkan bagi komunitas-komunitas orang Yahudi murtadin, yang telah bertobat dan percaya pada warta kekristenan. Komunitas-komunitas itu tersebar di wilayah Galilea dan Siria.

Selain itu, para murtadin  itu tengah menderita dan menjadi korban keragu-raguan iman mereka tentang Yesus Kristus. Jadi, Injil Matius mencoba membantu mereka mengatasi krisis dan meneguhkan iman mereka akan Yesus, Mesias, yang datang untuk menggenapi janji-janji Perjanjian Lama.

+++++

Pengakuan Petrus bahwasanya Yesus adalah Mesias, Anak Allah Yang Hidup (lihat Matius 16:16) bukanlah yang pertama kalinya. Kita sudah membaca peristiwa Yesus yang berjalan di atas air, yang dimahkotai dengan ungkapan, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” (Matius 14:33).

Dalam membentuk dan memformat iman, pengakuan perlu dilakukan bukan hanya sekali saja, melainkan berulang. Bentuk pengulangan (repetitio) itu bisa melibatkan evaluasi, penelitian, dan pembaruan.

Dalam kaidah pendidikan (paedagogi) pengulangan pengakuan itu merupakan conditio sine qua non (tanpa itu tidak bisa) atau tidak-bisa-tidak. Jadi, setiap kali kita mengadakan “pengulangan pengakuan” kita (semakin) memperdalam.

+++++

Ada tiga kata dasariah yang dapat kita tarik dari lectiodivina atas Matius 16:13-20. Ketiga kata itu adalah batu (karang), kunci, dan jemaat (komunitas atau Gereja).

Batu:Yesus menyebut Simon (anak Yunus) sebagaiKefas  atau BatuKarang, yang kemudian menjadi Petrus. Ada macam-macam ciri yang melekat pada Petrus, misalnya berani berbicara, tetapi di saat bahaya mengancam ia takut dan lagi. Ia yang menyangkal Sang Guru memberi kesan bahwa ia bukan batu karang yang kokoh dan tegar. Namun, ada sesuatu yang istimewa dalam kata-kata-Nya ini,

“Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” (Lukas 22:31-32).

Dalam “Kisah para Rasul” diceritakan “Batu Karang” itu memberikan kesaksian atas Gurunya yang hidup dan menampakkan diri-Nya kepada kepada murid-murid-Nya pasca kebangkitan-Nya. Seturut tradisi Petrus wafat sebagai martir di kota Roma.

Kunci: Anak kunci merupakan symbol kekuasaan yang berfungsi memutuskan, yakni membuka dan menutup (atau mengancing). Kekuasaan itu terutama membuat segala sesuatu mungkin bagi terjadinya rekonsilasi, saling menerima, dan pembangunan persaudaraan “Tujuh puluh kali tujuh” yang sejati.(Mat. 18:22).

Gereja atau komunitas atau jemaat beriman tidak sama dengan Kerajaan Surga. Tetapi jemaat (paguyuban kaum beriman) itu merupakan sarana dan indikasi tentang Kerajaan Surga. Adanya komunitas di Siriah, Yunani, dan Asia yang memelihara ingatan pada pendahulunya itu berarti mereka merawat identitas dan spiritualitasnya.

Jadi, di dalam isi tiga kata ini makna Yesus Kristus belum selesai dihayati.****

Antonius Eddy Kristiyanto OFM