MEMBACA PC (BAG. 1)


Catatan A. Eddy Kristiyanto OFM

Pokok pikiran yang hendak dibahas di sini adalah Seruan Apostolik Patris Corde (selanjutnya disingkat PC). Saya awali dengan sejumlah catatan.

Pertama. “Patris Corde” (bahasa Latin) berarti: Dengan Hati seorang Bapak (with the heart of a father). Dokumen ini merupakan Surat Apostolik atau lettera apostolica, yang berbeda dengan exhortatio (seruan, nasihat). Berbeda pula dengan ensiklik (surat resmi yang terbuka untuk umum, yang mempunyai bobot pengajaran iman).

Boleh dikatakan, tingkatan PC ini paling elementer, kemudian menyusul exhortatio, dan terakhir enciclica.

Kedua. PC ini tidak memiliki nomor pada setiap artikel (paragraf); hal ini tidak sebagaimana dokumen resmi kepausan. Di dalam PC memang ada nomor sebanyak tujuh (7). Hal ini hanya untuk menandai, bahwa ada tujuh keutamaan (kebajikan) St. Yosef yang diangkat dan hendak digarisbawahi dalam PC.

Ketiga. Ketujuh kebajikan St. Yosef dirangkaikan berdasarkan kompilasi dari pelbagai sumber, yang merujuk pada dan berhubungan dengan kitab suci, teologi, cerita saleh, novel, kitab apokrif.

Keempat. PC dikeluarkan dan dinyatakan oleh Bapa Suci Fransiskus untuk mengawali Tahun Santo Yosef selama setahun, yakni dari 8 Desember 2020 sampai dengan 8 Desember 2021.

Kelima. PC dibuat untuk mengenang pernyataan Paus Pius IX yang menetapkan St. Yosef sebagai Pelindung Gereja Semesta. Dalam pembacaan saya, 150 tahun lalu (1870) Gereja Kristus dalam tatapan Pius IX perlu memohon bersama St. Yosef situasi khusus. 150 tahun yang lalu, Gereja Universal yang dipimpin oleh Pius IX sedang mempunyai gawe dan hajatan besar, yakni Konsili Vatikan I (1869-1870). Beberapa ketentuan telah dihasilkan. Tetapi di tengah berlangsungnya Konsili, pasukan Italia di bawah komando Giuseppe Garibaldi, memasuki Roma dan menduduki Negara Kepausan.

Sementara, sedang pecah pertempuran Prusia dan Perancis. Prusia sangat didukung oleh Italia. Perancis yang menjadi pelindung dan tulang punggung kekuasan militer Negara kepausan seperti dikepung musuh. Pasukan Perancis yang berada di Negara Kepausan ditarik ke Perancis untuk memperkokoh kekuatan Perancis sendiri. Kini, Negara Kepausan tanpa kekuatan berarti, sehingga pasukan Italia berhasil menyelinap dan menduduki Roma, yang sudah tak berkekuatan. Sekian banyak bangunan dan properti Negara Kepausan diambil alih oleh Italia.

Para Konsiliaris lari tunggang langgang. Inilah satu-satunya konsili yang tidak pernah ditutup secara resmi. Sri Paus digelandang dan dimasukkan dalam bui Castel Sant’Angelo, dan kemudian dipindahkan ke Vatikan, tempat tinggal paus bagaikan sakristi. Paus dipaksa untuk mengurus hal-hal rohani saja. Sementara itu, Giuseppe Garibaldi yang anti-katolik, memusuhi paus menyerahkan kekuasaan pada Raja Italia “Bersatu” di bawah Vittorio Emmanuelle II. Dengan perkataan lain, 150 tahun lalu Gereja Katolik dilucuti dan dimurnikan dari segala kekuasaan sedapat mungkin.

Keenam. Bagian terakhir dari PC berbicara tentang Bayang-Bayang Seorang Bapak. Selain yang dirujuk itu adalah novel karya Jan Dobraczynski, tetapi bayang-bayang yang jelas terlihat adalah kekuasaan yang membuat remuk-redam anggota Gereja di bawah kedahsyatan adidaya, yakni negara dan sistemnya di tangan pribadi-pribadi yang bobrok moralitasnya. ***