
Ketika mendapat tugas baru dan dinyatakan pindah komunitas, saya pernah bergumam dalam hati, “Lagi krasan-krasannya, kok di pindah..”
Atau tak jarang percakapan di antara para suster, “Eh..gak nyangka saya sudah lama di sini. Kapan ya di pindah? Jangan-jangan sebentar lagi.”
Pengumuman perpindahan di antara para suster memang menjadi berita yang menarik. Seru. Di tunggu-tunggu. Pengumuman resmi dari propinsi yang dibacakan di ruang refter di dengarkan dengan seksama oleh para suster. “Suster Lia dari Komunitas A pindah ke Komunitas B, bertugas di bagian….,” begitu biasanya pengumuman perpindahan seorang suster.
Panggilan itu tak lepas dari tugas perutusan. Siap menanggapi panggilan Tuhan, berarti siap di utus. Allah mencintai kita. Dia memanggil pribadi per pribadi. Lalu di utus untuk mewartakan kasih-Nya ke seluruh dunia.
Allah percaya, bahwa kita akan melakukan sesuatu untuk-Nya lewat sesama dengan segala perjuangan dan kekuatan yang ada pada kita. Banyak modal yang Tuhan berikan lewat bakat dan kemampuan yang ada pada diri kita.
Ada saat kita merasa lelah. Penat. Perjuangan tampak sia-sia. Atau karya kita mengalami penurunan dan kegagalan. Namun, bila kita mengandalkan kekuatan Tuhan dan berjalan bersama-Nya, semua terasa ringan.
Apa pun jenis perutusan baik di sekolah, rumah sakit, administrasi, atau di rumah tangga pasti ada suka dan duka. Tangis dan bahagia. Kegagalan dan keberhasilan. Semua berbaur. Itu pula yang kita persembahkan pada Tuhan. Allah yang memiliki karya itu, Dia pula yang akan menyelenggarakannya.
Mari kita senantiasa bersukacita dalam tugas perutusan. Setia dalam menjalankannya. Mewartakan belas kasih Tuhan kepada setiap orang.
Mdr. Anselma, pendiri Kongregasi kita, dalam wasiatnya mengatakan:
“Seorang suster yang menjalankan tugas demi ketaatan, akan ditopang oleh seluruh kongregasi, tetapi yang mengelakkan diri dari ketaatan akan berdiri sendiri dan tidak menghasilkan buah. ***